Sejak kecil, kita kerap
ditanamkan stigma bahwa menstruasi itu ‘kotor’ dan tak bisa dibahas secara
bebas di publik. Alih-alih mengucapkan menstruasi secara gamblang, banyak
perempuan yang memilih kata lain seperti ‘dapet’ atau ‘datang bulan’ karena
malu menyebutkannya. Sampai hari ini, stigma menstruasi yang dianggap kotor
membuat sebagian besar perempuan mencuci pembalut sebelum dibuang karena perasaan
takut. Tak hanya itu, para remaja yang masih bersekolah juga enggan mengganti
pembalut karena rasa malu dan beragam kekhawatiran lainnya. Padahal, pembalut
idealnya diganti 4-6 jam sekali untuk mencegah munculnya bakteri dan jamur
penyebab infeksi dan iritasi.
Berangkat dari tabu dan stigma yang
beredar mengenai menstruasi, Nona yang merupaan platform kesehatan perempuan
menghadirkan kampanye #RevolusiMenstruasi. Kampanye ini hadir untuk mendobrak
stigma yang ada, serta memberikan pengalaman menstruasi yang lebih
menyenangkan. Nicole Jizhar, Co-Founder Nona, mengemukakan, “Dampak dari stigma
negatif dan tabu menurut kami sudah mempengaruhi kualitas hidup perempuan
Indonesia. Terlebih, kami merasa hal ini dapat mengarah ke ketidaksetaraan gender
di tengah masyarakat. Kini sudah waktunya untuk angkat bicara dan tidak berdiam
diri atau merasa malu dengan menstruasi. Nona ingin mengajak seluruh perempuan
Indonesia untuk memulai revolusi menstruasi. Kami berharap dengan lebih lantang
berbicara mengenai menstruasi, kami bisa mengedukasi lebih banyak perempuan dan
bahkan pria di tanah air. Dengan begitu, kita sama-sama dapat menghilangkan stigma
negatif dan menciptakan pandangan baru bahwa menstruasi adalah proses yang
normal dan patut dirayakan.”