Setiap perempuan memiliki skala
prioritas yang berbeda. Sebagian mementingkan karir sebagai hal utama, sebagian
lagi mungkin sibuk menyusun bucket list yang akan dikunjungi setiap tahunnya. Akan
tetapi, Ketika menjadi seorang ibu, skala prioritas tersebut berubah. Keluarga,
terutama sang buah hati, menjadi hal yang kerap didahulukan daripada yang
lainnya.
Berbagai upaya dilakukan oleh
seorang ibu untuk mendukung perkembangan si Kecil. Termasuk menemani dan
mendukungnya dalam kegiatan belajar di rumah. Anak yang mampu mengikuti pelajaran
dengan mudah tentu merasa lebih percaya diri. Sebaliknya, anak yang kesulitan
mencerna pelajaran kerap mengalami frustasi dan merasa belajar menjadi hal yang
menakutkan baginya. Kesulitan belajar ini dapat berasal dari berbagai faktor.
Salah satunya ialah gangguan belajar yang disebut disleksia.
Disleksia merupakan perbedaan
proses belajar yang membuat penyandangnya mengalami kesulitan dalam membaca,
menulis, dan mengeja. Anak dengan disleksia kerap mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi kata-kata dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Gangguan
belajar ini dapat dikenali dari tanda-tanda seperti; kesulitan membedakan huruf
p dengan q atau b dengan d, kesulitan merangkai kata seperti “buku” menjadi “kubu”,
atau pengurangan huruf ketika membaca kata-kata seperti membaca “terbang”
menjadi “terang”. Pada sebagian anak, tanda disleksia juga sudah terlihat dari
perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.